Macantua.com – Bicara soal recall memang seolah masih jadi imej negatif di dunia otomotif Indonesia. Ane ulang lagi “seolah masih jadi imej negatif di dunia otomotif Indonesia”. Kenapa, karena imej produk gagal seolah akan menjadi lekat pada produk yang di-recall. Padahal ga sedikit produk yang dijual di Indonesia namun di luar negeri mendapatkan recall. Sementara di Indonesia adem ayem. Terus kenapa sih pabrikan dalam negeri seolah sulit melakukan recall? Apa sih susahnya recall?
Beberapa produk 2 dua memang terkenal dengan masalahnya. Ane ga usah nyebutin merk dan type produknya deh ya, entah dari jajaran matic, cub atau sport rata rata ada produk yang mengalami kendala saat diterima di konsumen. Sebut saja mesin pecah, crankcase belah, rangka patah, mesin berisik, konsumsi oli yang berlebih sampai system pengereman yang mal fungsi pernah ane temui. Tapi apakah pabrikan melakukan recall? Jawabannya engga. Entah karena produk tersebut dalam keadaan laku di pasaran sehingga takut mengambil tindakan? Atau pabrikan masih menganggap kalau desain produknya sudah dalam kondisi kualitas maksimal (dalam artian OK secara parts sesuai drawing)? Entah produk ini dianggap masih dalam margin error dalam sebuah produksi? Entahlah.
Penyesuaian parts. Kadang kalau kita bicara part secara drawing part by part mungkin bisa dikejar lewat proses development parts yang biasa dilakukan pabrikan untuk mendapatkan parts yang berstatus OK beracuan pada drawing. Tapi adakah kemungkinan parts tersebut secara fungsi bermasalah saat melewati proses assembly? Sangat mungkin! Dan ini biasanya diketemukan saat trial assembly atau bahkan setelah produk itu terlempar ke pasaran. Masih ingat dong kasus recall selang rem yang diduga akan menyentuh radiator di salah satu produk motor? Secara part by part atau part individu memang parts dalam kondisi prima. Tapi setelah proses assembly ternyata dibutuhkan penyesuaian posisi agar fungsi kerja si parts ga terganggu. Ternyata ga cuma parts saja yang harus OK tho, penyesuaian posisi sesuai assembly drawing pun menentukan bagaimana fungsi si produk saat jadi unit seutuhnya.
Lalu bagaimana dengan pabrikan di Indonesia? Ya, boleh dibilang masih sulit buat melakukan recall. Jangankan untuk parts yang masih berstatus “diduga”, yang jelas jelas sudah banyak terjadi kegagalan fungsi di lapangan saja rata rata pabrikan hanya diam dan berdalih “parts kami sudah OK”. Padahal kalau melihat sisi assembly seperti yang ane tulis di atas kemungkinan parts NG secara fungsi masih terbuka meskipun parts sudah berstatus OK sesuai dengan gambar. Disini mestinya peran Quality assurance diberdayakan, mereka bisa menganalisa saat parts benar benar sudah terpasang dan digunakan. Dan informasi ini seharusnya bisa disampaikan ke bagian engineering yang bertugas mendesain part part tersebut untuk melakukan ubahan pada gambar (drawing) yang menjadi acuan QC untuk melakukan pengecekan part dalam kondisi single (before assy). Serta, memanggil semua produk yang teridentifikasi punya problem serupa untuk kemudian diperbaiki sesuai dengan standar yang baru (recall).
Mahal? Jelas! Lama? Jelas! Tapi mestinya perbaikan itu tetap berkesinambungan. Ga berdiam diri di tempat hanya berpatokan pada “part drawing” yang mungkin tidak direvisi sama sekali. Dan ingat, konsumen saat ini sudah mulai pintar. Kemungkinan untuk berpindah haluan itu sangat mungkin lho, karena sekarang setiap produk pasti ada kompetitor head to head nya. Bisa saja konsumen gerah hingga aksi aksi ga terduga terjadi. Bikin petisi misalnya hehehe….
Last, recall memang mahal dan perlu keberanian dari pabrikan. Tapi apa salahnya mengakui kesalahan dari pada kehilangan konsumen yang sudah setia membeli produknya? Ya semoga saja pabrikan di Indonesia nantinya lebih aware sama produknya masing masing. Masalah kecil apabila ga diambil tindakan ya ga menutup kemungkinan kalau nantinya akan jadi masalah yang berefek pada nama baik pabrikan itu sendiri. Konsumen bukan untuk dibungkam, tapi dilayani dengan produk yang baik. Ciao
apaan sih yg direcall?? *pura2gaktw 😬
SukaSuka
Hahahaha anuuu
SukaSuka
Wah anyarrrrr
SukaSuka
mungkin karena dibelain juga ama sebagian blogger2 😀
dan fanboys
SukaSuka
Nah nah nah
SukaSuka
Mas bro ini termasuk pembela konsumen atau pembela amplop pabrikan? Jujur loh ya… 😁
SukaSuka
Kalau saya tetep saya bahas problemnya. Kadang saya kasih solusi tapi ya budek aja pabrikannya
SukaSuka
Jlub
SukaSuka
Budek aja pabriknya, bagai profit sdh di mamah biak di giling di gigi lg (nangis bombay tuh konsumen)😂 duit duit duit, safety masih #…._xxxx 😭
SukaSuka
recall dilakukan jika sudah diketahui masalah dan solusi
SukaSuka
ecu cacat, pernah. motor baru servis 1000km oli sisa 3/4 gelas pernah. mesin gandeng kemrosak pernah. tp, gak pernah ada tanggapan serius dr atpm, biarpun dah debat sampe berbusa ma mekaniknya. ujung2 ngemodal sendiri, kalo gak ya jual murah sekalian motornya. nyesek emg urusan ma atpm di marih. rek moal meuli motor deui tp da butuh.
SukaSuka
Itulah bedanya negara kita dgn negara maju,disana perlindungan buat konsumen jelas..kalo pabrikan tdk berani recall bisa kn pidana..sementara konsumen dimarih ya “terpaksa”harus pasrah..udah mah melakukan kartel soal harga yg mahal,eh produk cacat ga mau recall…
SukaSuka