Macantua.com – Ga sedikit ane sering lihat postingan di facebook soal kesulitan dalam mencari spare parts untuk motor. Mulai dari pabrikan besar hingga pabrikan ga besar (baca : kecil secara market share) nyaris mengalami hal yang sama, spare part original alias genuine spare parts selalu sulit didapatkan, jangankan untuk part yang dikata slow moving, untuk yang fast moving aja terkadang sulit untuk mendapatkannya. Ada pertanyaan, apakah pabrik mendahulukan produksi? Hingga ga memikirkan spare parts? Hehehe ane cuma bisa nyengir aja deh.
Spare parts alias suku cadang sebenarnya sudah disiapkan oleh pabrikan untuk kemudian didistribusikan ke setiap dealer dealer yang tersebar di seluruh Indonesia sob, hanya saja dalam penyediaan spare parts ini punya cara dan alur yang sedikit berbeda dengan OEM alias barang ori yang nempel di motor. Memang, spare part ini dihitung dahulu sebelum dipesankan ke suppliernya, dalam artian Slow atau fast movingnya sebuah parts sudah menjadi “hitungan” tersendiri. Ada rasio dan tren khusus yang biasanya sama temen temen yang ngurusin spare parts jadikan “patokan” dalam pengorderannya. Jadi bisa kita bilang kalau penyediaan spare part itu ga sebanyak jumlah produk yang diproduksi setiap bulannya. Karena ada biaya distribusi dan penyimpanan yang bisa bikin bengkak disana. Bisa kita bayangkan dong misal pabrik sebulan keluar 1000 spare part cuma disiapkan 50, sementara 50 itu harus disebar ke banyak dealer apa jadinya? Ga kebagian.
Selanjutnya, ada yang namanya common parts, alias part saling comot antar jenis dan type kendaraan. Kehadiran common parts ini bisa menguntungkan perusahaan dalam mengurangi biaya desain dan biaya produksi. Namun hadirnya common parts ini juga bisa jadi bumerang buat spare parts, bisa di bayangkan dong saat sebuah dealer kebagian part A untuk motor type X, Y dan Z maka setiap type motor tersebut akan menggunakan part A jika mengalami kerusakan yang sama. Bila jatah dari pabrikan hanya terbatas tentu saja jatah itu akan terbagi untuk beberapa jenis dan type motor. Ujung ujungnya ya “siapa cepat dia dapat”, dan ini biasanya terjadi buat spare parts yang masuk di istilah common. Sisi baiknya produksi gampang dan untuk tapi di lapangan ya rebutan.
Ketiga peluang usaha, lho kok bisa? Iya lah bisa malahan pake banget sob. Kalau kamu tau, sebenarnya ngurus spare part itu adalah keuntungan besar buat perusahaan atau pabrikan lho. Dengan barang yang sama namun beda bungkus dan berlabel “genuine” saja harganya bisa berbeda 2 3 kali lipat bahkan lebih. Lalu kenapa pabrikan seolah “malas malasan” bikin spare part? Kenapa rasio keberadaan spare part itu ga besar ya salah satunya adalah membuka peluang usaha buat pabrikan penyokong (supplier baik direct maupun indirect) untuk bisa mencicipi manisnya bisnis spare parts. Ya meski biasanya ada sedikit perbedaan dengan barang OEM nya (entah itu embos, part number,visual atau material namun secara fungsi plug and play) karena
jika sama dibatasi dengan perjanjian kerjasama. Lho bukannya pabrikan akan rugi? Rugi itu kalau spare part yang dijual pakai “chasing” yang sama (kerdus, plastik dan cap pabrikan). Karena bisa membuat image spare part nya jelek, tapi kalau pakai nama lain ya pabrikan kan ga kecipratan nama jeleknya.
Pabrikan mendahulukan produksinya, ane mau jawab jujur “IYA”. Karena mereka produksi motor bukan spare parts nya. Bisa kamu bayangkan kalau pabrikan ga berproduksi karena supply parts terhambat masuk. Hitungan per menit untuk 1 orang karyawan itu misal 3 juta untuk gaji pokoknya saja sudah Rp. 285. Itu per 1 menit ya. Apalagi kalau dihitung dengan tunjangan dan lain lain. Bayangin kalau dia punya 2000 karyawan yang kerja dalam waktu stop nya produksi sudah berapa kerugiannya. Itu baru dari hitungan man power saja. Belum lagi kerugian invetasi, energi, pembayaran jam pengganti, dan penalty dari pihak lain karena keterlambatan pengiriman produk jadi yang memungkinkan kerugian kerugian lainnya.
Bukannya spare part dijamin oleh pabrikan keberadaannya? Iya, ane jawab dijamin. Hanya jumlahnya mungkin ga sebanyak yang kamu pikirkan. Bisa dibayangkan dong misal setiap bulan 1000 motor keluar tapi spare part hanya 50, selama setahun ada 12000 motor sedangkan sparepart hanya 600. Jadi pabrikan ga ngurusin sparepart dong? Ngurusin, cuma jumlahnya ga banyak hehehe namanya juga spare part, ganti kalau rusak. Ciao
<
Seperti itu
—
Modfikasi Gsx R150 Den Dimas
http://rpmsuper.com/daftar-modifikasi-gsx-r150-den-dimas/
SukaSuka
Kalo slow moving part orang masih maklum
Tapi fast moving juga ga ada stock?
Itu tuwolol namanya
SukaSuka
Yakin tolol?
SukaSuka
Saya sih yakin, parts manufacturer yg terpilih oleh pabrikan itu punya kapasitas produksi yg lebih dari cukup utk supply produksi unit kendaraan dan spare parts (bahkan termasuk buffer bila ada lonjakan hingga 30%)
Jadi ini sepertinya lebih kepada soal kebijakan supply chain management utk spare parts di tiap pabrikan,
SukaSuka
Iya mungkin secara kapasitas suppliernya. Tapi kalau kebijakan management beda untuk service part nya ya beda juga hasilnya di lapangan.
SukaSuka
H pusat ngk ada stok part ,malah suruh pesen online, petugasnya kasian di maki orang terus
SukaSuka